15.9.08

PERANG

tempik suaranya
hilang susila bicara
melolong yang belah sana
menegak haknya
lawan kata memuncak
tikam lidah telinga pekak
dua-dua rosak
menunggu dicampak

jahatnya tersohor
sayangnya tiada cap mohor
tirai seri lama terkoyak
latar pentas sudah rabak
takkan ada tanda berhenti
menghentam meja dengan belati
jelas akalnya cetek
terbiar tidak digesek

santunnya bersebab
memayung akal yang lembab
didik tingkat tertinggi
tak tahu membeza setanggi
lidahnya tertukar nada
lupa tutur ibunda
akunya itu alami
walau jelas tak sedar diri

jerit menggegar tanah berpijak
masing-masing membukti bijak
walau maksud sebenar
tak seberapa besar
terdorong rasa jelak
banyaknya berkotak-kotak
takbur menyamar
percaya tersambar

pukul bumi terbelah
tiada ingin mengaku kalah
sampai tercampur bukti
tergamak membohongi
suci ihsan direbah
dilumur cairan fitnah
biar puas di hati
asal terhapus hakiki

maaf takkan bertukar
insaf takkan mekar
gendang keliru dipalu
sampai bila tak siapa tahu
sia-sia diasuh
yang dibukti nyata rapuh
si jahat memintal dendam
si sopan takkan berdiam

No comments: